Malang, kota terbesar kedua di Jawa Timur, setelah Surabaya.
Merupakan bagian dari Karesidenan Malang yang terdiri atas Kota/Kab.
Malang, Kota Batu, Kota/Kab. Pasuruan, Kota/Kab. Probolinggo, dan Kab.
Lumajang. Bisa dilihat dari plat kendaraan wilayah-wilayah ini yang
diawali dengan huruf N. Kalau berbicara tentang pertelevisian, berarti
tidak semua wilayah di karesidenan yang dibahas, karena Pasuruan dan
Probolinggo bisa menyaksikan siaran Surabaya, sedangkan Lumajang bisa
mendapat siaran dari Jember. Kita bahas Malang saja, tempat tinggal
saya.
Sebagai kota pendidikan (yang sayangnya menurut info yang saya dengar
biaya pendidikannya justru yang paling tinggi di Indonesia), Malang
setiap tahun didatangi paling tidak 100.000 penduduk baru, entah itu
anak SMP, SMA, atau mahasiswa. Kota yang pembangunannya tidak merata ini
(terlihat dari pusat perdagangan dan pendidikan yang hanya ada di utara
dan barat kota) selalu macet di setiap hari aktif perkuliahan, dan
sedikit melunak lalu lintasnya di hari libur kampus, apa lagi kalau
lebaran, rasanya kita bisa melaju kencang seperti di jalan tol.
Pendatangnya, dari berbagai wilayah, mulai dari tetangga terdekat Kota
Malang seperti: Kab. Malang dan Kota Batu (yang sebenarnya bisa disebut
bukan pendatang kalau mereka pulang ke rumah masing-masing, tapi
ternyata banyak juga yang kos di Kota Malang, walaupun banyak juga yang
pergi-pulang); sekitar Malang seperti Kota/Kab. Kediri, Kota/Kab.
Blitar, Kab. Jombang, Kota/Kab. Mojokerto, Kota/Kab. Pasuruan, Kota/Kab.
Probolinggo, Kab. Lumajang; se-Jawa Timur seperti Kab. Sidoarjo, Kota
Surabaya, dan puluhan kota/kabupaten lainnya, dan yang pasti berbagai
penjuru Indonesia dan beberapa negara asing.
Di luar pendidikan, Kota Batu dan Kabupaten Malang dikenal sebagai
destinasi wisata utama di Jawa Timur. Akhir pekan, jangan heran melihat
kemacetan di jalanan utama Kab. Malang yang mengarah ke Kota Batu, dan
belum termasuk kemacetan di dalam Kota Malang sendiri. Banyak pelancong
regional maupun nasional yang ingin menghabiskan waktu libur mingguannya
di wilayah ini.
Saya bisa bilang wilayah-wilayah di atas bukan karena saya tanya satu
persatu, tapi cukup melihat plat kendaraan yang berkeliaran di jalanan
Kota Malang. Dominasi kendaraan sudah pasti N dengan akhiran A_, B_, C_,
E_, AAA, BBB, CCC, dan yang terbaru DDD, milik Kota Malang, disusul N
dengan akhiran lain di wilayah Karesidenan Malang. Dominasi kedua adalah
kendaraan berplat B (mobil dan sepeda motor), L (sama), W (juga), S
(motor), P (motor), dan kemudian beberapa yang lain seperti DK, DR, AB,
AE, M, dan sebagainya.
Oke, cukup tentang platnya. Sekarang, kita bahas tentang penduduk
pendatang ini. Seperti yang saya sebut di atas (oke, kembali masalah
plat), B cukup mendominasi bersama dengan L dan W. Artinya, penduduk
pendatang di Malang didominasi wilayah-wilayah plat tersebut (Jakarta
dan sekitar, Surabaya, dan Sidoarjo/Gresik). Para pendatang inilah yang
menyuburkan investasi di Malang, setidaknya dalam 10 tahun terakhir.
Mulai ada apartemen di Kota Malang, terjadi “ledakan” jumlah hotel di
Malang Raya, mal yang bertumbuh (tapi sayang terlalu banyak, menurut
saya seharusnya 3 mal saja cukup, tapi di Malang banyak sekali yang
ingin membuat mal di wilayah yang itu-itu saja), dan banyak lagi.
Pendatang-pendatang tadi membutuhkan hiburan seperti di kota asal
mereka, yang sayangnya lebih banyak tidak terpenuhinya. Beberapa brand
yang ditanyakan teman-teman kepada saya di kampus tidak tersedia di
Malang, sehingga terpaksa anak-anak Jakarta mencari hiburan dan
kebutuhan lifestyle mereka di Surabaya.
Tapi, beruntungnya, untuk
masalah televisi, mereka masih bisa menikmati banyak TV Jakarta di
Malang.
Sebelas TV nasional pertama + TV ANAK Spacetoon (yang sekarang harus
disebut TV berjaringan) sudah tersedia di Malang, sudah lengkap sejak
2006, dengan LatiVi sebagai TV Jakarta terakhir yang masuk ke Malang.
Lebih jauh, usaha masuk ke Malang sudah berlangsung dari dulu. METRO TV
masuk Malang sejak 2003. Berdirinya GNTV mengantarkan Q channel
mengudara di Malang Raya (ini di luar yang 11 tadi). Batu tv membuat
tayangan TV7, tvG, dan TPI bisa disaksikan di Malang. Ada Malang TV yang
dirangkul MNC untuk menayangkan VH1. Begitu pula ATV yang membuat kita
bisa menonton TRANS TV.
Sekali lagi, 2006 TV “nasional” sudah lengkap,
TV lokal di Malang jadi mandiri. Namun, “invasi” TV Jakarta ke Malang
belum selesai. Tahun 2006, ada Ratu tv yang berubah menjadi NDTV,
penyalur siaran B CHANNEL Jakarta/TVN Bekasi di Malang sampai hari
ini. Tahun 2007, MNC kembali merangkul 2 TV lokal di Malang, Batu tv dan
ATV, untuk menayangkan MNC ENTERTAINMENT dan beberapa in-house lainnya
sampai 2009. Terakhir, di 2011, KOMPAS mengajak ATV “bekerjasama”.
Terus terang, saya cukup senang ada di Malang. Pemilik stasiun
televisi atau calon investor stasiun televisi melirik Malang sebagai
wilayah yang harus dimasuki lebih awal, mungkin karena faktor pendatang
tadi. Menurut amatan saya, sudah lebih dari 6 kali Malang menjadi kota
utama para pemilik stasiun TV itu (ini di luar 11 TV “nasional” pertama
tadi).
Enam yang bisa saya pastikan adalah TV ANAK Spacetoon, yang
terealisasi melalui TV ANAK Kota malang sejak 2005. Selanjutnya, TVN/B
CHANNEL, sudah terealisasi melalui ndtv sejak 2006. Ini adalah dua TV
luar Malang yang mendirikan stasiun TVnya sendiri, dan Malang menjadi
satu di antara kota-kota pertama di Indonesia yang bisa menyaksikan
siaran televisi-televisi tersebut.
Q channel (kemudian Qtv, sekarang BERITASATU) dan SWARA (mati suri,
sekarang akan didirikan lagi), yang terealisasi melalui GNTV (yang
kemudian mati pada 2006) dan mahameru tv (yang mati entah pada 2007 atau
2008). Ada juga MNC dengan VH1 dan kemudian MNC channels nya pada
2006-2008 melalui Batu tv, Malang TV, dan ATV. Seingat saya SCM juga
pernah masuk Batu tv selama satu tahun dengan mantan program SCTV
seperti “Kreasi Dapur Kita” (kalau saya tidak salah mengingatnya). Di
tahun 2011, Malang menjadi satu di antara sepuluh kota pertama yang bisa
menyaksikan produksi KOMPAS, melalui atv. tempotv sudah merealisasikan
keberadaanya di Malang melalui Batu tv. Ini adalah 6 yang
mempertimbangkan Malang sebagai sasarannya.
Malang juga menjadi kota-kota pertama yang bisa menikmati siaran NET.
dan hal ini terjadi karena Spacetoon sudah ada di Malang sejak 2005.
Seperti yang kita ketahui, INDIKA Energy membeli Spacetoon untuk ditukar
guling frekuensinya dengan NET. sehingga Spacetoon hanya ada di Telkom
1, sedangkan NET. bisa mengudara di FTA terestrial. KPI masih
“mempelajari” kasus yang tidak biasa ini, karena proses ini tidak
dilaporkan ke KPI.
Dari Surabaya, ada jtv yang merealisasikan keinginannya menjadi TV
regional pada 2003. Malang menjadi wilayah pertama di luar
Gerbangkertasusila yang bisa menangkap siaran jtv. Yang terealisasi 10
tahun kemudian, alias 2013 ini, adalah BBS TV, yang masuk Malang di
saluran digital.
Ada juga TV yang menargetkan masuk Malang, tapi masih belum tercapai.
SAKTI misalnya, dari Surabaya. Tapi menurut kabar terakhir yang saya
dengar SAKTI sudah “kolaps” dan akhirnya hanya mengoperasikan SAKTI
MADIUN TV di Madiun (adakah yang bisa mengonfirmasi hal ini?). Kemudian
SINDOTV. Menurut video profil di website nya, SINDOTV menargetkan masuk
Malang pada akhir 2012, tapi saat ini belum tercapai, mungkin karena
alokasi frekuensi di Malang sudah habis. Seingat saya, target SINDOTV
ini sudah ada sejak zaman SUNTV.
Satu-satunya TV jaringan dari Jakarta yang tidak memasukkan Malang
dalam daftar kota-kota pertamanya adalah SPORTONE. Kanal yang sudah
memulai siaran ujicoba di vivasky (satelit Measat 3A) ini berfokus ke
kota-kota besar Indonesia.
Malang memang terus dilirik oleh para investor TV itu. Kejenuhan
terhadap Surabaya tergambar dari berbagai tur televisi yang lebih
memilih memijakkan kakiknya di Malang daripada di Surabaya untuk di Jawa
Timur, ataupun kalau bisa dua kota, Surabaya dan Malang lah yang
dipilih. Radio [Road] Show tvOne memilih UMM sebagai tempat mendaratnya,
juga The Tour SUCI 3 KOMPAS, begitu pula METRO TV on Campus September
2012 lalu, walaupun beberapa bulan kemudian METRO TV juga berangkat ke
UNAIR di Surabaya. Karnaval SCTV juga memilih Malang (dan kadang
Sidoarjo, daripada Surabaya) untuk disinggahi. EMTK dengan duet
SCTV-INDOSIAR nya baru-baru ini memilih UB sebagai tempat rekrutmen
terbarunya, tanpa Surabaya. TRANS 7 dengan Makan Besar juga memilih
beberapa kampus di kawasan Malang untuk mendarat, termasuk di kawasan
tempat kerja saya.
Dalam program berita 2 tahun terakhir, destinasi wisata yang banyak
diliput juga kawasan Malang Raya, terutama Batu (entah itu keinginan
televisinya atau usaha promosi dari Kota Wisata Batu [KWB] yang sedang
gencar-gencarnya berpromosi).
Yang pasti, Malang sekarang mulai menjadi pilihan para empunya
stasiun televisi dari luar Malang. Rasanya akan semakin gencar invasi
dari luar Malang ketika digital nanti sudah benar-benar berjalan. Well,
selamat datang di Malang, televisi-televisi yang menarget Malang Raya.
Silahkan rebutkan para pendatang yang memenuhi Malang Raya setiap
tahunnya .
Catatan dari : davenirvana1.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar