Tampilkan postingan dengan label Bakrie. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bakrie. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 Juli 2014

tvOne Jadi Sorotan Di Media

Mari kita cari informasi tvOne di internet. Di bagian gambar. Mungkin sekarang stasiun TV berita yang membawa 7 presenter di Piala Dunia FIFA 2014, kini menjadi sorotan dan nyaris menjadi (maaf) bahan candaan. Kenapa itu terjadi?

Itu semua berawal dari tvOne yang pernah berpengalaman sering menyiarkan berita salah. Bukan 1 kali, bukan 2 kali, tetapi berkali kali. Pemicunya kesalahan , saya kurang tahu secara pasti. Saya sendiri bukan karyawan tvOne di Jakarta, tetapi hanyalah pegawai kantor (bukan PNS di pemerintahan) di Surabaya. Letak kesalahan berita berada pada ucapan presenter/reporter tvOne , nama lokasi , dan lain lain.

Kita tahu sendiri tvOne adalah stasiun TV pendukung capres cawapres nomor 1 (Prabowo Hatta). Setiap hari tvOne sejak dimulainya era pemilu presiden 2014, menayangkan berita yang terkait dengan Prabowo Hatta selain berita sosial. Hal itu terlihat bahwa Prabowo Hatta maju sebagai pemimpin negara demokrasi ini diusung dengan Partai Gerindra, Partai Golkar (karena tvOne dimiliki Aburizal Bakri) , Partai PAN , PKS , dan PPP. Bahkan tvOne tidak menyiarkan pengumuman sementara terkait Jokowi JK menang dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri via Presiden Pilihan Rakyat pada 9 Juli 2014. Apa karena mereka mendapat undian nomor 1 , terus tvOne berpengaruh dan jarang menyiarkan Jokowi JK di urutan 2?

Kembali ke tema tentang gambar tvOne di media. Di 1Cak, Kompasiana , atau yang lain gambar tvOne terbang kemana mana. Berikut contohnya.



Itulah faktor faktor tvOne dijadikan bahan candaan dan sampai dijadikan editan foto di berbagai sumber (terutama 1cak) . Jadi tulisan ini bukan bermaksud memperpanjang masalah di tvOne, tulisan ini hanya untuk saran agar tvOne tidak mengulangi kembali. Dan tulisan ini No SARA.

Rabu, 25 Desember 2013

Diduga Akibat Arus Pendek, Studio TV One Kebakaran

                                 Pemadam kebakaran sedang berusaha memadamkan api di studio TV One.

Jakarta - Kebakaran dikabarkan melanda area kantor TV One di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur. Saat ini siaran tv swasta itu mengalami gangguan.

Berdasarkan informasi yang diterima INILAH.COM, kebakaran yang melanda area kantor dan studio TV One terjadi pada Selasa (24/12/2013) sore, sekitar pukul 17.00 WIB.

"Kantor TV One kebakaran," ujar salah seorang warga
.
Operator Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur Priyo menjelaskan, mereka telah mengerahkan 15 mobil pemadam kebakaran untuk memadamkan api tersebut dan api sudah bisa dikendalikan sekitar pukul 18.00 WIB.


"Petugas masih menyemprotkan air untuk tahap pendinginan," kata dia.

Akun resmi twitter TMC Polda Metro Jaya pada pukul 18.12 WIB juga menulis bahwa kebakaran di Studio TV One Pulogadung sedang dipadamkan.

Editor in Chief TV One Karni Ilyas sebelumnya menulis pada akun twitter bahwa studio TV One kebakaran.

"Dear pemirsa; kami mohon maaf, siaran kami TV One petang ini terganggu, bisa jadi harus off sama sekali. Studio kami lagi kebakaran," tulisnya dalam akun @karniilyas.


 TV One terpaksa tidak bisa menyiarkan program rutin 'Kabar Petang' karena kru tersebut sibuk membantu pemadaman di lokasi kejadian.

Alhasil acara diisi dengan tayangan dokumenter dan rekaman tayangan Indonesia Lawyers Club yang terus menerus diulang. Selama itu pula para kru sibuk berbenah dan memperbaiki instalasi listrik sehingga acara tvOne bisa kembali ditonton kembali.

 Pantauan merdeka.com, sejak pukul 17.55 WIB siaran tvOne terhenti. Siaran di chanel tvOne hanya menampilkan gambar warna-warni. Namun sekitar pukul 18.10 WIB, siaran kembali bisa diakses.

Namun meski sudah ada siaran, namun masih kacau. Hal ini karena siaran yang ditayangkan hanya ulangan reportase dan berita lama.

Beberapa saat kemudian, tayangan di tvOne kembali muncul tetapi hanya berupa tayangan dokumenter 'Miss World' yang sudah lewat acaranya beberapa waktu lalu atau bahkan tayangan dokumenter mengenai konflik di Jalur Gaza. Dua tayangan dokumenter berdurasi sekitar 2 menit diputar terus menerus untuk mengisi kekosongan acara.

Sumber berita : Berbagai website berita.

Sabtu, 21 September 2013

TV Lokal di Indonesia Yang Pemiliknya Adalah TV Nasional

Selanjutnya, kita masuk ke zona tentang kepemilikan TV Lokal di tanah air kita yang kebetulan juga pemilik dari TV Nasional yang sering kita paham.

Elshinta TV Jakarta (pemiliknya EMTEK)

Berdasarkan berita, TV lokal di Jakarta yang pemiliknya EMTEK ini merupakan pemilik dari SCTV - Indosiar. Kita tahu, TV ini merupakan TV lokal pertama di Indonesia yang pemiliknya merupakan pemilik dari TV Nasional. Saya kurang tahu acara Elshinta TV saat ini seperti apa karena saya orang Surabaya.


ElshintaTV yang lebih singkat disebut "E-TV" adalah sebuah stasiun televisi lokal di Jakarta, Indonesia. ElshintaTV memulai siaran percobaan di wilayah Jakarta sejak 24 Agustus 2005. Nama "Elshinta" sendiri adalah merupakan nama stasiun radio dengan target pendengar orang-orang dewasa berjiwa muda dan sebaliknya, lalu kemudian berubah format menjadi radio berita sejak 14 Februari 2000, yang merupakan satu-satu radio berita tanpa selingan lagu sama sekali selama 24 Jam.

Menurut Wikipedia, ElshintaTV menggunakan frekuensi yang dulunya digunakan oleh Indosiar yang dialokasikan untuk Metropolitan Area (Channel UHF 35). siaran ElshintaTV (E-TV) sangat jernih diterima di area Jabotabek - Banten, karena kekuatan pemancar barunya serta ketinggian antena 395 meter, di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Bagi yang biasanya menyaksikan ElshintaTV (E-TV), maka sehari-harinya pemirsa tidak menemui acara-acara seperti sinetron, film, video musik atau variety show. Mayoritas acara-acara ElshintaTV adalah informasi ringan seputar dunia usaha kecil, pengobatan, info Jakarta, budaya, profil daerah-daerah tertentu di Indonesia. Sedikit sekali informasi hiburan.

O Channel (pemiliknya EMTEK)

Seperti dengan Elshinta TV , TV lokal Jakarta ini merupakan pemilik dari negara EMTEK. Bahkan kita tidak boleh pergi ke Jakarta, karena adanya O Channel Bandung.

Menurut Wikipedia,  O Channel didirikan oleh MRA Media Group dan Elang Mahkota Teknologi dengan kepemilikan masing-masing 50%, yang memulai siaran percobaan pada tanggal 2 Agustus 2004, kemudian diresmikan sejak pada tanggal 16 Juni 2005. Namun, pada awal 2007, pihak MRA resmi menjual sisa 50% saham O Channel ke Emtek, sehingga O Channel dikuasai 100% oleh Emtek hingga sekarang.

Kebanyakan acaranya hanya entertainment dan di jam kosong diisi dengan relay Home Shooping, seperti di TV lainnya sampai sekarang. Pemancarnya ada di SCTV Tower di Jakarta, seperti Elshinta TV dan Indosiar.

O Channel Bandung (pemiliknya EMTEK)

O Channel Bandung  merupakan stasiun televisi lokal yang berdiri dan mengudara di Bandung , Jawa Barat. Stasiun televisi ini mengudara pada frekuensi 24 UHF. Saat ini dia mencoba untuk mengudara 24 Jam sehari.

 Setelah lama mengudara secara sendiri, terhitung mulai bulan April 2013, O Channel Bandung mulai bergabung dengan O Channel dan sebagian acara dari Jakarta direlai oleh O Channel Bandung. Kantornya pun mulai dipindahkan ke Gedung Garuda FM Bandung karena merupakan satu grup, sementara studionya masih tetap berada di Bandung Trade Mall yang berlokasi di Cicadas, Kota Bandung. Kemudian jam siaran O Channel Bandung meluas menjadi 24 jam Sehari . Selain itu, jangkauannya pun melebar ke sebagian Jawa Barat.

Arek TV Surabaya (pemiliknya VIVA - Visi Media Asia)

TV lokal di Surabaya ini banyak yang mengatakan miliknya VIVA. Kantor dan studio siaran yang terletak di Mayjend Sungkono ini beroperasi di UHF 48 sejak 2009.

Acara Arek TV saat ini berkembang semua. Selain dari detail perkembangannya, Arek TV sendiri bersifat sebagai TV yang cocok untuk rakyat Surabaya. Apalagi pada saat berita live, sering diselipi berita olahraga nasional yang tertulis "Courtesy of antv". Mungkin inilah cara sebuah TV yang handal.

Sayang, di jam kosong sering Home Shopping secara relay. Dan juga pada saat akhir program, tidak seperti antv dan tvOne yang menampilkan "Members of VIVA" sebagai tanda pemilik bahwa TV ini benar - benar punya VIVA.

Itu saja tentang profil TV Lokal di Indonesia yang kebetulan pemiliknya TV Nasional. Semoga bermanfaat dan di blog ini, Insya Allah banyak komentar dari manusia agar berkembang lebih modern.

Opini : Malang dan Potensi Pertelevisiannya

Malang, kota terbesar kedua di Jawa Timur, setelah Surabaya. Merupakan bagian dari Karesidenan Malang yang terdiri atas Kota/Kab. Malang, Kota Batu, Kota/Kab. Pasuruan, Kota/Kab. Probolinggo, dan Kab. Lumajang. Bisa dilihat dari plat kendaraan wilayah-wilayah ini yang diawali dengan huruf N. Kalau berbicara tentang pertelevisian, berarti tidak semua wilayah di karesidenan yang dibahas, karena Pasuruan dan Probolinggo bisa menyaksikan siaran Surabaya, sedangkan Lumajang bisa mendapat siaran dari Jember. Kita bahas Malang saja, tempat tinggal saya.

Sebagai kota pendidikan (yang sayangnya menurut info yang saya dengar biaya pendidikannya justru yang paling tinggi di Indonesia), Malang setiap tahun didatangi paling tidak 100.000 penduduk baru, entah itu anak SMP, SMA, atau mahasiswa. Kota yang pembangunannya tidak merata ini (terlihat dari pusat perdagangan dan pendidikan yang hanya ada di utara dan barat kota) selalu macet di setiap hari aktif perkuliahan, dan sedikit melunak lalu lintasnya di hari libur kampus, apa lagi kalau lebaran, rasanya kita bisa melaju kencang seperti di jalan tol.

Pendatangnya, dari berbagai wilayah, mulai dari tetangga terdekat Kota Malang seperti: Kab. Malang dan Kota Batu (yang sebenarnya bisa disebut bukan pendatang kalau mereka pulang ke rumah masing-masing, tapi ternyata banyak juga yang kos di Kota Malang, walaupun banyak juga yang pergi-pulang); sekitar Malang seperti Kota/Kab. Kediri, Kota/Kab. Blitar, Kab. Jombang, Kota/Kab. Mojokerto, Kota/Kab. Pasuruan, Kota/Kab. Probolinggo, Kab. Lumajang; se-Jawa Timur seperti Kab. Sidoarjo, Kota Surabaya, dan puluhan kota/kabupaten lainnya, dan yang pasti berbagai penjuru Indonesia dan beberapa negara asing.
Di luar pendidikan, Kota Batu dan Kabupaten Malang dikenal sebagai destinasi wisata utama di Jawa Timur. Akhir pekan, jangan heran melihat kemacetan di jalanan utama Kab. Malang yang mengarah ke Kota Batu, dan belum termasuk kemacetan di dalam Kota Malang sendiri. Banyak pelancong regional maupun nasional yang ingin menghabiskan waktu libur mingguannya di wilayah ini.

Saya bisa bilang wilayah-wilayah di atas bukan karena saya tanya satu persatu, tapi cukup melihat plat kendaraan yang berkeliaran di jalanan Kota Malang. Dominasi kendaraan sudah pasti N dengan akhiran A_, B_, C_, E_, AAA, BBB, CCC, dan yang terbaru DDD, milik Kota Malang, disusul N dengan akhiran lain di wilayah Karesidenan Malang. Dominasi kedua adalah kendaraan berplat B (mobil dan sepeda motor), L (sama), W (juga), S (motor), P (motor), dan kemudian beberapa yang lain seperti DK, DR, AB, AE, M, dan sebagainya.

Oke, cukup tentang platnya. Sekarang, kita bahas tentang penduduk pendatang ini. Seperti yang saya sebut di atas (oke, kembali masalah plat), B cukup mendominasi bersama dengan L dan W. Artinya, penduduk pendatang di Malang didominasi wilayah-wilayah plat tersebut (Jakarta dan sekitar, Surabaya, dan Sidoarjo/Gresik). Para pendatang inilah yang menyuburkan investasi di Malang, setidaknya dalam 10 tahun terakhir. Mulai ada apartemen di Kota Malang, terjadi “ledakan” jumlah hotel di Malang Raya, mal yang bertumbuh (tapi sayang terlalu banyak, menurut saya seharusnya 3 mal saja cukup, tapi di Malang banyak sekali yang ingin membuat mal di wilayah yang itu-itu saja), dan banyak lagi.

Pendatang-pendatang tadi membutuhkan hiburan seperti di kota asal mereka, yang sayangnya lebih banyak tidak terpenuhinya. Beberapa brand yang ditanyakan teman-teman kepada saya di kampus tidak tersedia di Malang, sehingga terpaksa anak-anak Jakarta mencari hiburan dan kebutuhan lifestyle mereka di Surabaya.

Tapi, beruntungnya, untuk masalah televisi, mereka masih bisa menikmati banyak TV Jakarta di Malang.
Sebelas TV nasional pertama + TV ANAK Spacetoon (yang sekarang harus disebut TV berjaringan) sudah tersedia di Malang, sudah lengkap sejak 2006, dengan LatiVi sebagai TV Jakarta terakhir yang masuk ke Malang. Lebih jauh, usaha masuk ke Malang sudah berlangsung dari dulu. METRO TV masuk Malang sejak 2003. Berdirinya GNTV mengantarkan Q channel mengudara di Malang Raya (ini di luar yang 11 tadi). Batu tv membuat tayangan TV7, tvG, dan TPI bisa disaksikan di Malang. Ada Malang TV yang dirangkul MNC untuk menayangkan VH1. Begitu pula ATV yang membuat kita bisa menonton TRANS TV.

Sekali lagi, 2006 TV “nasional” sudah lengkap, TV lokal di Malang jadi mandiri. Namun, “invasi” TV Jakarta ke Malang belum selesai. Tahun 2006, ada Ratu tv yang berubah menjadi NDTV, penyalur siaran B CHANNEL Jakarta/TVN Bekasi di Malang sampai hari ini. Tahun 2007, MNC kembali merangkul 2 TV lokal di Malang, Batu tv dan ATV, untuk menayangkan MNC ENTERTAINMENT dan beberapa in-house lainnya sampai 2009. Terakhir, di 2011, KOMPAS mengajak ATV “bekerjasama”.
 
Terus terang, saya cukup senang ada di Malang. Pemilik stasiun televisi atau calon investor stasiun televisi melirik Malang sebagai wilayah yang harus dimasuki lebih awal, mungkin karena faktor pendatang tadi. Menurut amatan saya, sudah lebih dari 6 kali Malang menjadi kota utama para pemilik stasiun TV itu (ini di luar 11 TV “nasional” pertama tadi).

Enam yang bisa saya pastikan adalah TV ANAK Spacetoon, yang terealisasi melalui TV ANAK Kota malang sejak 2005. Selanjutnya, TVN/B CHANNEL, sudah terealisasi melalui ndtv sejak 2006. Ini adalah dua TV luar Malang yang mendirikan stasiun TVnya sendiri, dan Malang menjadi satu di antara kota-kota pertama di Indonesia yang bisa menyaksikan siaran televisi-televisi tersebut.

Q channel (kemudian Qtv, sekarang BERITASATU) dan SWARA (mati suri, sekarang akan didirikan lagi), yang terealisasi melalui GNTV (yang kemudian mati pada 2006) dan mahameru tv (yang mati entah pada 2007 atau 2008). Ada juga MNC dengan VH1 dan kemudian MNC channels nya pada 2006-2008 melalui Batu tv, Malang TV, dan ATV. Seingat saya SCM juga pernah masuk Batu tv selama satu tahun dengan mantan program SCTV seperti “Kreasi Dapur Kita” (kalau saya tidak salah mengingatnya). Di tahun 2011, Malang menjadi satu di antara sepuluh kota pertama yang bisa menyaksikan produksi KOMPAS, melalui atv. tempotv sudah merealisasikan keberadaanya di Malang melalui Batu tv. Ini adalah 6 yang mempertimbangkan Malang sebagai sasarannya.

Malang juga menjadi kota-kota pertama yang bisa menikmati siaran NET. dan hal ini terjadi karena Spacetoon sudah ada di Malang sejak 2005. Seperti yang kita ketahui, INDIKA Energy membeli Spacetoon untuk ditukar guling frekuensinya dengan NET. sehingga Spacetoon hanya ada di Telkom 1, sedangkan NET. bisa mengudara di FTA terestrial. KPI masih “mempelajari” kasus yang tidak biasa ini, karena proses ini tidak dilaporkan ke KPI.

Dari Surabaya, ada jtv yang merealisasikan keinginannya menjadi TV regional pada 2003. Malang menjadi wilayah pertama di luar Gerbangkertasusila yang bisa menangkap siaran jtv. Yang terealisasi 10 tahun kemudian, alias 2013 ini, adalah BBS TV, yang masuk Malang di saluran digital.

Ada juga TV yang menargetkan masuk Malang, tapi masih belum tercapai. SAKTI misalnya, dari Surabaya. Tapi menurut kabar terakhir yang saya dengar SAKTI sudah “kolaps” dan akhirnya hanya mengoperasikan SAKTI MADIUN TV di Madiun (adakah yang bisa mengonfirmasi hal ini?). Kemudian SINDOTV. Menurut video profil di website nya, SINDOTV menargetkan masuk Malang pada akhir 2012, tapi saat ini belum tercapai, mungkin karena alokasi frekuensi di Malang sudah habis. Seingat saya, target SINDOTV ini sudah ada sejak zaman SUNTV.

Satu-satunya TV jaringan dari Jakarta yang tidak memasukkan Malang dalam daftar kota-kota pertamanya adalah SPORTONE. Kanal yang sudah memulai siaran ujicoba di vivasky (satelit Measat 3A) ini berfokus ke kota-kota besar Indonesia.

Malang memang terus dilirik oleh para investor TV itu. Kejenuhan terhadap Surabaya tergambar dari berbagai tur televisi yang lebih memilih memijakkan kakiknya di Malang daripada di Surabaya untuk di Jawa Timur, ataupun kalau bisa dua kota, Surabaya dan Malang lah yang dipilih. Radio [Road] Show tvOne memilih UMM sebagai tempat mendaratnya, juga The Tour SUCI 3 KOMPAS, begitu pula METRO TV on Campus September 2012 lalu, walaupun beberapa bulan kemudian METRO TV juga berangkat ke UNAIR di Surabaya. Karnaval SCTV juga memilih Malang (dan kadang Sidoarjo, daripada Surabaya) untuk disinggahi. EMTK dengan duet SCTV-INDOSIAR nya baru-baru ini memilih UB sebagai tempat rekrutmen terbarunya, tanpa Surabaya. TRANS 7 dengan Makan Besar juga memilih beberapa kampus di kawasan Malang untuk mendarat, termasuk di kawasan tempat kerja saya.

Dalam program berita 2 tahun terakhir, destinasi wisata yang banyak diliput juga kawasan Malang Raya, terutama Batu (entah itu keinginan televisinya atau usaha promosi dari Kota Wisata Batu [KWB] yang sedang gencar-gencarnya berpromosi).

Yang pasti, Malang sekarang mulai menjadi pilihan para empunya stasiun televisi dari luar Malang. Rasanya akan semakin gencar invasi dari luar Malang ketika digital nanti sudah benar-benar berjalan. Well, selamat datang di Malang, televisi-televisi yang menarget Malang Raya. Silahkan rebutkan para pendatang yang memenuhi Malang Raya setiap tahunnya :).

Catatan dari : davenirvana1.wordpress.com

Minggu, 25 Agustus 2013

Opini: Piala Dunia 2014 antv dan tvOne, Antara Sia-Sia atau Strategi untuk Bakrie


Ini adalah opini saya saja. Bukan fakta yang terjadi di lapangan. Saat ini kabar ini memang belum pasti terjadi, walaupun mendekati kenyataan.

CT, Chairul Tanjung, yang disebut si anak singkong itu, kabarnya sedikit lagi akan menjadi pemilik dari Viva Group. Itu artinya antv dan tvOne akan segera menjadi saudara baru dari TRANS TV dan TRANS 7. Selain itu detik juga akan bersaudara dengan vivanews.

CT memang banyak mengembangkan bisnisnya. Saya tahu Baskin-Robbins karena sering “ngiklan” di TRANS TV sekitar tahun 2005, dan ternyata pada 2007 menjadi milik CT. TV7 dibeli CT pada 2006, menjadi TRANS 7. Kalau Carrefour saya sudah tahu CT masuk ke sana karena pemberitaan yang cukup masif tentang hal itu beberapa tahun lalu. Rencana membangun 20 TRANS Studio di Indonesia dan salah satunya di Malang juga pernah saya dengar. Kabarnya TRANS Studio masih melihat potensi di Kota Malang daripada di Kota Batu dengan pertimbangan jalan tol Malang–Pandaan yang juga terhubung ke Surabaya. Tapi itu masih lama sekali. Toh saya juga belum mendapat kabar lanjutan tentang hal itu. Tol Malang–Pandaan saja belum dibangun.

Tapi yang terpenting adalah yang akan segera terjadi ini. Viva akan segera masuk ke jajaran bisnis yang juga dimiliki oleh CT. Itu artinya sebentar lagi CT akan “menguasai” 4 frekuensi secara berjaringan, seperti MNC. Kita tahu MNC memiliki RCTI, MNC TV, dan Global TV, plus SINDOTV. Nah, kalau CT berhasil menguasai Viva, maka nantinya CT akan memiliki TRANS TV, TRANS 7, antv, dan tvOne.

Kita juga tahu antv dan tvOne sudah “dibelikan” hak siar Piala Dunia 2014 oleh Bakrie. Viva juga berencana membuat Vivasky yang nantinya mengandung SPORTONE untuk menunjang keperluan Piala Dunia yang akan berlangsung di Brazil itu. Semuanya sudah dipersiapkan oleh Bakrie.

Tapi, nampaknya Bakrie ingin melepas media yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan keinginan Bakrie untuk menguasai kembali perusahaan tambang BUMI daripada harus terus bertengkar dengan pemilik lainnya. Bakrie butuh dana segar untuk mendapatkan kembali BUMI.

Nampaknya pembelian hak siar Piala Dunia menjadi strategi Bakrie untuk menaikkan harga pasar Viva. Jika menjual Viva tanpa “sesuatu” harga Viva mungkin tidak akan naik. Maka dari itu, Bakrie berusaha untuk menguasai hak siar Piala Dunia sehingga tidak ada yang lain yang bisa membeli hak siar itu. Setelah bisa dipastikan hak siar Piala Dunia ada di tangan mereka, kemudian Piala Dunia dijadikan “paket jualan” Viva untuk mendongkrak harga pasarnya. Dengan harga Viva yang terdongkrak, maka Bakrie akan mendapat dana segar dengan jumlah besar untuk bisa menguasai BUMI.

Sebelumnya pihak Bakrie melalui Viva sendiri mengatakan bahwa mereka ingin menikmati keuntungan dari Piala Dunia 2014 di Brazil. Viva juga mengatkan bahwa Piala Dunia akan mampu mendongkrak pendapatan antv dan tvOne pada tahun 2014 nanti. Tapi, dengan dijualnya Viva, agak sia-sia juga Bakrie “berkeinginan” untuk merasakan keuntungan dari Piala Dunia 2014 itu, karena setelah Viva diual, keuntungan dari pembelian hak siar Piala Dunia justru tidak dirasakan Bakrie, tapi dirasakan oleh CT.

Analisa saya benar atau salah, saya tidak tahu. Tapi, ya ini sekedar opini, bukan fakta. Bagaimana benarnya ya hanya internal Bakrie yang tahu apakah hak siar Piala Dunia itu benar-benar dijadikan pendongkrak saja, atau justru menjadi suatu hal yang sia-sia karena keuntungannya tidak dirasakan oleh Bakrie secara maksimal di 2014.

Nah, kembali ke CT. Sampai ke paragraf ini saya baru ingat bahwa nantinya CT akan menguasai 5 frekuensi secara berjaringan, TRANS TV, TRANS 7, antv, tvOne, dan SPORTONE, kalau jadi diluncurkan sebagai terrestrial. Ini artinya MNC akan segera berada di posisi kedua dalam hal “penguasaan” frekuensi ini.
Namun saya masih belum mengetahui persis apakah antv masih juga dipegang oleh FOX International Channel melalui STAR setelah CT membeli Viva. antv memang tidak sepenuhnya dikuasai Viva. Selama ini saya membayangkan bahwa Viva memiliki 80% saham antv, dan 20% lainnya dimiliki STAR, sesuai dengan regulasi bahwa hanya 20% saham perusahaan media di Indonesia yang boleh dikuasai oleh asing. Saya meyakini bahwa STAR membeli antv pada 20 atau 30 September 2005 (walaupun banyak sumber lain mengatakan STAR membeli antv pada 30 April 2006, sedangkan transaksi saham tidak mungkin terjadi pada hari Minggu). Walaupun saya sempat membaca STAR sudah tidak lagi ada di antv sejak 20 September 2009 (ditandai dengan perubahan logo antv yang awalnya berbintang menjadi tidak ada “bintang sobek”nya) tapi sepertinya STAR masih ada di Viva, tidak secara langsung di antv.

Piala Dunia 2014, apakah menjadi sesuatu yang sia-sia atau justru menjadi strategi penjualan Viva oleh Bakrie?