Minggu, 22 September 2013

Cerita dari Genset Yang Terbakar Dari TRANS CORP

Mungkin diantara anda, masih ingat dengan kejadian kebakaran di TRANS CORP pada 2012 lalu? Jika ingat, saya ceritakan peristiwa ini di blog seputartv.blogspot. Berikut merupakan cerita kebakaran genset di TRANS CORP.

Apa teman-teman salah satu penggemar acara di chanel Trans Corp?? Untuk beberapa saat sebaiknya teman-teman harus bersabar karena chanel dari Trans Corp yakni Trans TV dan Trans7 tidak akan beroperasi. Hal ini disebabkan karena satu genset di Gedung Trans Corp di Jalan Kapten Tendean, Jakarta Selatan, Ahad (13/5/2012) sore terbakar. Sedikitnya 13 unit mobil pemadam diterjunkan ke gedung kantor milik stasiun TV swasta itu. Api sudah bisa dijinakkan, sebagian tim pemadam kebakaran masih berjaga-jaga di sekitar lokasi. Sebagian aliran listrik ke gedung juga dipadamkan oleh petugas Perusahaan Listrik negara (PLN), guna mengantisipasi kebakaran susulan

Trans TV dan Trans7 adalah dua stasiun televisi swasta yang dimiliki pengusaha Chairul Tanjung. Selain televisi, Ketua Komite Ekonomi Nasional ini juga menjadi pemilik saham media dari detik.com. Kini konglomerasi di bawah Chairul Tanjung bernama CT Corp yang terdiri dari tiga perusahaan sub-holding yakni Mega Corp, Trans Corp, CT Global Resources dengan anak usahanya yang meliputi finansial, media, retail, gaya hidup, hiburan, dan pengeloaan sumber daya alam.

Di daerah Lombok tayangan Trans TV menayangkan acara yang sudah lama dan itupun hanya merupakan tayangan promo dengan sebutan "X-Ordinary" tanpa henti. Sedangkan acara Trans7 tidak ada gambar sama sekali. Ini terjadi dari tadi sore sekitar jam 17.00 yang lalu. Semoga saja tayangan dari Trans Corp cepat mengudara kembali.

Itu merupakan kejadian pertama yang menimpa kantor pertelevisian di dunia. Catatan ini bersumber dari  mixedfreshinfo.blogspot.com. Dan itu menimpa detik.com juga.

Untung saja, yang terbakar cuma gensetnya saja dan kita bisa melihat film bagus di TRANS TV maupun TRANS 7 lagi. Seandainya yang terbakar itu kantornya dan banyak yang dilalap sebuah api, kita sedih karena siarannya sudah tamat.

Namun dari cerita ini, disimpulkan bagi warga yang tinggal di ibu kota provinsi di Indonesia masih bisa menyaksikannya di 2 TV ini hanya berupa dokumenter yang sekarang tayang pada pagi buta di wilayah setempat pada Senin - Jum'at. Kalau itu kantornya yang terbakar, kita mungkin bisa menonton Trans TV dan Trans 7 dengan menayangkan acara (perkiraan saya) hiburan dari myTrans.com . Sisanya, acara non-MyTrans.com .

Seingat saya, saya membuka twitter pada waktu itu, disebutkan bahwa siaran TRANS CORP berhenti sejenak karena genset yang kebakaran. Akhirnya sesudah saya sholat Maghrib di rumah, saya baru tahu kalau di Surabaya langsung diisi siaran lokal sesudah Adzan Maghrib dan menonton 2 TV itu bergantian hingga apinya bisa dipadamkan.

Di Surabaya waktu itu juga, TRANS TV di pusat menayangkan promo program berulang - ulang kemudian muncul "Indonesia Raya" yang diputarkan di TRANS TV Surabaya. Sedangkan di TRANS 7 , sesudah tayangan Maghrib, dia menayangkan "Indonesia Raya" dan diisi dokumenter.

Namun pada saat pemadaman api di Jakarta berlangsung , muncul tulisan "Sesaat lagi kita bergabung dengan siaran nasional" ketika selesai siaran lokal dan menampilkan color bar dari Jakarta, kemudian kembali lagi ke siaran lokal hingga api bisa dipadamkan (diselang - seling seperti siaran lokal MNC News , walaupun saya tidak punya prabola).

Sayang banget, pada saat promo program di TRANS TV Surabaya ketika siaran lokal berlangsung (baik pada saat pemadamannya di Jakarta maupun siaran lokal menjelang Subuh) banyak promo program yang rata - rata, sudah ditutup. Sedangkan di TRANS 7 Surabaya, promo program waktu itu memang acara yang sudah tayang di TRANS 7 hingga sekarang ini. Dan mendekati pukul 23:00 WIB, mereka kembali ke siaran nasional secara resmi karena api bisa dipadamkan.

Semoga bermanfaat, Rek!

Sabtu, 21 September 2013

TV Lokal di Indonesia Yang Pemiliknya Adalah TV Nasional

Selanjutnya, kita masuk ke zona tentang kepemilikan TV Lokal di tanah air kita yang kebetulan juga pemilik dari TV Nasional yang sering kita paham.

Elshinta TV Jakarta (pemiliknya EMTEK)

Berdasarkan berita, TV lokal di Jakarta yang pemiliknya EMTEK ini merupakan pemilik dari SCTV - Indosiar. Kita tahu, TV ini merupakan TV lokal pertama di Indonesia yang pemiliknya merupakan pemilik dari TV Nasional. Saya kurang tahu acara Elshinta TV saat ini seperti apa karena saya orang Surabaya.


ElshintaTV yang lebih singkat disebut "E-TV" adalah sebuah stasiun televisi lokal di Jakarta, Indonesia. ElshintaTV memulai siaran percobaan di wilayah Jakarta sejak 24 Agustus 2005. Nama "Elshinta" sendiri adalah merupakan nama stasiun radio dengan target pendengar orang-orang dewasa berjiwa muda dan sebaliknya, lalu kemudian berubah format menjadi radio berita sejak 14 Februari 2000, yang merupakan satu-satu radio berita tanpa selingan lagu sama sekali selama 24 Jam.

Menurut Wikipedia, ElshintaTV menggunakan frekuensi yang dulunya digunakan oleh Indosiar yang dialokasikan untuk Metropolitan Area (Channel UHF 35). siaran ElshintaTV (E-TV) sangat jernih diterima di area Jabotabek - Banten, karena kekuatan pemancar barunya serta ketinggian antena 395 meter, di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Bagi yang biasanya menyaksikan ElshintaTV (E-TV), maka sehari-harinya pemirsa tidak menemui acara-acara seperti sinetron, film, video musik atau variety show. Mayoritas acara-acara ElshintaTV adalah informasi ringan seputar dunia usaha kecil, pengobatan, info Jakarta, budaya, profil daerah-daerah tertentu di Indonesia. Sedikit sekali informasi hiburan.

O Channel (pemiliknya EMTEK)

Seperti dengan Elshinta TV , TV lokal Jakarta ini merupakan pemilik dari negara EMTEK. Bahkan kita tidak boleh pergi ke Jakarta, karena adanya O Channel Bandung.

Menurut Wikipedia,  O Channel didirikan oleh MRA Media Group dan Elang Mahkota Teknologi dengan kepemilikan masing-masing 50%, yang memulai siaran percobaan pada tanggal 2 Agustus 2004, kemudian diresmikan sejak pada tanggal 16 Juni 2005. Namun, pada awal 2007, pihak MRA resmi menjual sisa 50% saham O Channel ke Emtek, sehingga O Channel dikuasai 100% oleh Emtek hingga sekarang.

Kebanyakan acaranya hanya entertainment dan di jam kosong diisi dengan relay Home Shooping, seperti di TV lainnya sampai sekarang. Pemancarnya ada di SCTV Tower di Jakarta, seperti Elshinta TV dan Indosiar.

O Channel Bandung (pemiliknya EMTEK)

O Channel Bandung  merupakan stasiun televisi lokal yang berdiri dan mengudara di Bandung , Jawa Barat. Stasiun televisi ini mengudara pada frekuensi 24 UHF. Saat ini dia mencoba untuk mengudara 24 Jam sehari.

 Setelah lama mengudara secara sendiri, terhitung mulai bulan April 2013, O Channel Bandung mulai bergabung dengan O Channel dan sebagian acara dari Jakarta direlai oleh O Channel Bandung. Kantornya pun mulai dipindahkan ke Gedung Garuda FM Bandung karena merupakan satu grup, sementara studionya masih tetap berada di Bandung Trade Mall yang berlokasi di Cicadas, Kota Bandung. Kemudian jam siaran O Channel Bandung meluas menjadi 24 jam Sehari . Selain itu, jangkauannya pun melebar ke sebagian Jawa Barat.

Arek TV Surabaya (pemiliknya VIVA - Visi Media Asia)

TV lokal di Surabaya ini banyak yang mengatakan miliknya VIVA. Kantor dan studio siaran yang terletak di Mayjend Sungkono ini beroperasi di UHF 48 sejak 2009.

Acara Arek TV saat ini berkembang semua. Selain dari detail perkembangannya, Arek TV sendiri bersifat sebagai TV yang cocok untuk rakyat Surabaya. Apalagi pada saat berita live, sering diselipi berita olahraga nasional yang tertulis "Courtesy of antv". Mungkin inilah cara sebuah TV yang handal.

Sayang, di jam kosong sering Home Shopping secara relay. Dan juga pada saat akhir program, tidak seperti antv dan tvOne yang menampilkan "Members of VIVA" sebagai tanda pemilik bahwa TV ini benar - benar punya VIVA.

Itu saja tentang profil TV Lokal di Indonesia yang kebetulan pemiliknya TV Nasional. Semoga bermanfaat dan di blog ini, Insya Allah banyak komentar dari manusia agar berkembang lebih modern.

Opini : Malang dan Potensi Pertelevisiannya

Malang, kota terbesar kedua di Jawa Timur, setelah Surabaya. Merupakan bagian dari Karesidenan Malang yang terdiri atas Kota/Kab. Malang, Kota Batu, Kota/Kab. Pasuruan, Kota/Kab. Probolinggo, dan Kab. Lumajang. Bisa dilihat dari plat kendaraan wilayah-wilayah ini yang diawali dengan huruf N. Kalau berbicara tentang pertelevisian, berarti tidak semua wilayah di karesidenan yang dibahas, karena Pasuruan dan Probolinggo bisa menyaksikan siaran Surabaya, sedangkan Lumajang bisa mendapat siaran dari Jember. Kita bahas Malang saja, tempat tinggal saya.

Sebagai kota pendidikan (yang sayangnya menurut info yang saya dengar biaya pendidikannya justru yang paling tinggi di Indonesia), Malang setiap tahun didatangi paling tidak 100.000 penduduk baru, entah itu anak SMP, SMA, atau mahasiswa. Kota yang pembangunannya tidak merata ini (terlihat dari pusat perdagangan dan pendidikan yang hanya ada di utara dan barat kota) selalu macet di setiap hari aktif perkuliahan, dan sedikit melunak lalu lintasnya di hari libur kampus, apa lagi kalau lebaran, rasanya kita bisa melaju kencang seperti di jalan tol.

Pendatangnya, dari berbagai wilayah, mulai dari tetangga terdekat Kota Malang seperti: Kab. Malang dan Kota Batu (yang sebenarnya bisa disebut bukan pendatang kalau mereka pulang ke rumah masing-masing, tapi ternyata banyak juga yang kos di Kota Malang, walaupun banyak juga yang pergi-pulang); sekitar Malang seperti Kota/Kab. Kediri, Kota/Kab. Blitar, Kab. Jombang, Kota/Kab. Mojokerto, Kota/Kab. Pasuruan, Kota/Kab. Probolinggo, Kab. Lumajang; se-Jawa Timur seperti Kab. Sidoarjo, Kota Surabaya, dan puluhan kota/kabupaten lainnya, dan yang pasti berbagai penjuru Indonesia dan beberapa negara asing.
Di luar pendidikan, Kota Batu dan Kabupaten Malang dikenal sebagai destinasi wisata utama di Jawa Timur. Akhir pekan, jangan heran melihat kemacetan di jalanan utama Kab. Malang yang mengarah ke Kota Batu, dan belum termasuk kemacetan di dalam Kota Malang sendiri. Banyak pelancong regional maupun nasional yang ingin menghabiskan waktu libur mingguannya di wilayah ini.

Saya bisa bilang wilayah-wilayah di atas bukan karena saya tanya satu persatu, tapi cukup melihat plat kendaraan yang berkeliaran di jalanan Kota Malang. Dominasi kendaraan sudah pasti N dengan akhiran A_, B_, C_, E_, AAA, BBB, CCC, dan yang terbaru DDD, milik Kota Malang, disusul N dengan akhiran lain di wilayah Karesidenan Malang. Dominasi kedua adalah kendaraan berplat B (mobil dan sepeda motor), L (sama), W (juga), S (motor), P (motor), dan kemudian beberapa yang lain seperti DK, DR, AB, AE, M, dan sebagainya.

Oke, cukup tentang platnya. Sekarang, kita bahas tentang penduduk pendatang ini. Seperti yang saya sebut di atas (oke, kembali masalah plat), B cukup mendominasi bersama dengan L dan W. Artinya, penduduk pendatang di Malang didominasi wilayah-wilayah plat tersebut (Jakarta dan sekitar, Surabaya, dan Sidoarjo/Gresik). Para pendatang inilah yang menyuburkan investasi di Malang, setidaknya dalam 10 tahun terakhir. Mulai ada apartemen di Kota Malang, terjadi “ledakan” jumlah hotel di Malang Raya, mal yang bertumbuh (tapi sayang terlalu banyak, menurut saya seharusnya 3 mal saja cukup, tapi di Malang banyak sekali yang ingin membuat mal di wilayah yang itu-itu saja), dan banyak lagi.

Pendatang-pendatang tadi membutuhkan hiburan seperti di kota asal mereka, yang sayangnya lebih banyak tidak terpenuhinya. Beberapa brand yang ditanyakan teman-teman kepada saya di kampus tidak tersedia di Malang, sehingga terpaksa anak-anak Jakarta mencari hiburan dan kebutuhan lifestyle mereka di Surabaya.

Tapi, beruntungnya, untuk masalah televisi, mereka masih bisa menikmati banyak TV Jakarta di Malang.
Sebelas TV nasional pertama + TV ANAK Spacetoon (yang sekarang harus disebut TV berjaringan) sudah tersedia di Malang, sudah lengkap sejak 2006, dengan LatiVi sebagai TV Jakarta terakhir yang masuk ke Malang. Lebih jauh, usaha masuk ke Malang sudah berlangsung dari dulu. METRO TV masuk Malang sejak 2003. Berdirinya GNTV mengantarkan Q channel mengudara di Malang Raya (ini di luar yang 11 tadi). Batu tv membuat tayangan TV7, tvG, dan TPI bisa disaksikan di Malang. Ada Malang TV yang dirangkul MNC untuk menayangkan VH1. Begitu pula ATV yang membuat kita bisa menonton TRANS TV.

Sekali lagi, 2006 TV “nasional” sudah lengkap, TV lokal di Malang jadi mandiri. Namun, “invasi” TV Jakarta ke Malang belum selesai. Tahun 2006, ada Ratu tv yang berubah menjadi NDTV, penyalur siaran B CHANNEL Jakarta/TVN Bekasi di Malang sampai hari ini. Tahun 2007, MNC kembali merangkul 2 TV lokal di Malang, Batu tv dan ATV, untuk menayangkan MNC ENTERTAINMENT dan beberapa in-house lainnya sampai 2009. Terakhir, di 2011, KOMPAS mengajak ATV “bekerjasama”.
 
Terus terang, saya cukup senang ada di Malang. Pemilik stasiun televisi atau calon investor stasiun televisi melirik Malang sebagai wilayah yang harus dimasuki lebih awal, mungkin karena faktor pendatang tadi. Menurut amatan saya, sudah lebih dari 6 kali Malang menjadi kota utama para pemilik stasiun TV itu (ini di luar 11 TV “nasional” pertama tadi).

Enam yang bisa saya pastikan adalah TV ANAK Spacetoon, yang terealisasi melalui TV ANAK Kota malang sejak 2005. Selanjutnya, TVN/B CHANNEL, sudah terealisasi melalui ndtv sejak 2006. Ini adalah dua TV luar Malang yang mendirikan stasiun TVnya sendiri, dan Malang menjadi satu di antara kota-kota pertama di Indonesia yang bisa menyaksikan siaran televisi-televisi tersebut.

Q channel (kemudian Qtv, sekarang BERITASATU) dan SWARA (mati suri, sekarang akan didirikan lagi), yang terealisasi melalui GNTV (yang kemudian mati pada 2006) dan mahameru tv (yang mati entah pada 2007 atau 2008). Ada juga MNC dengan VH1 dan kemudian MNC channels nya pada 2006-2008 melalui Batu tv, Malang TV, dan ATV. Seingat saya SCM juga pernah masuk Batu tv selama satu tahun dengan mantan program SCTV seperti “Kreasi Dapur Kita” (kalau saya tidak salah mengingatnya). Di tahun 2011, Malang menjadi satu di antara sepuluh kota pertama yang bisa menyaksikan produksi KOMPAS, melalui atv. tempotv sudah merealisasikan keberadaanya di Malang melalui Batu tv. Ini adalah 6 yang mempertimbangkan Malang sebagai sasarannya.

Malang juga menjadi kota-kota pertama yang bisa menikmati siaran NET. dan hal ini terjadi karena Spacetoon sudah ada di Malang sejak 2005. Seperti yang kita ketahui, INDIKA Energy membeli Spacetoon untuk ditukar guling frekuensinya dengan NET. sehingga Spacetoon hanya ada di Telkom 1, sedangkan NET. bisa mengudara di FTA terestrial. KPI masih “mempelajari” kasus yang tidak biasa ini, karena proses ini tidak dilaporkan ke KPI.

Dari Surabaya, ada jtv yang merealisasikan keinginannya menjadi TV regional pada 2003. Malang menjadi wilayah pertama di luar Gerbangkertasusila yang bisa menangkap siaran jtv. Yang terealisasi 10 tahun kemudian, alias 2013 ini, adalah BBS TV, yang masuk Malang di saluran digital.

Ada juga TV yang menargetkan masuk Malang, tapi masih belum tercapai. SAKTI misalnya, dari Surabaya. Tapi menurut kabar terakhir yang saya dengar SAKTI sudah “kolaps” dan akhirnya hanya mengoperasikan SAKTI MADIUN TV di Madiun (adakah yang bisa mengonfirmasi hal ini?). Kemudian SINDOTV. Menurut video profil di website nya, SINDOTV menargetkan masuk Malang pada akhir 2012, tapi saat ini belum tercapai, mungkin karena alokasi frekuensi di Malang sudah habis. Seingat saya, target SINDOTV ini sudah ada sejak zaman SUNTV.

Satu-satunya TV jaringan dari Jakarta yang tidak memasukkan Malang dalam daftar kota-kota pertamanya adalah SPORTONE. Kanal yang sudah memulai siaran ujicoba di vivasky (satelit Measat 3A) ini berfokus ke kota-kota besar Indonesia.

Malang memang terus dilirik oleh para investor TV itu. Kejenuhan terhadap Surabaya tergambar dari berbagai tur televisi yang lebih memilih memijakkan kakiknya di Malang daripada di Surabaya untuk di Jawa Timur, ataupun kalau bisa dua kota, Surabaya dan Malang lah yang dipilih. Radio [Road] Show tvOne memilih UMM sebagai tempat mendaratnya, juga The Tour SUCI 3 KOMPAS, begitu pula METRO TV on Campus September 2012 lalu, walaupun beberapa bulan kemudian METRO TV juga berangkat ke UNAIR di Surabaya. Karnaval SCTV juga memilih Malang (dan kadang Sidoarjo, daripada Surabaya) untuk disinggahi. EMTK dengan duet SCTV-INDOSIAR nya baru-baru ini memilih UB sebagai tempat rekrutmen terbarunya, tanpa Surabaya. TRANS 7 dengan Makan Besar juga memilih beberapa kampus di kawasan Malang untuk mendarat, termasuk di kawasan tempat kerja saya.

Dalam program berita 2 tahun terakhir, destinasi wisata yang banyak diliput juga kawasan Malang Raya, terutama Batu (entah itu keinginan televisinya atau usaha promosi dari Kota Wisata Batu [KWB] yang sedang gencar-gencarnya berpromosi).

Yang pasti, Malang sekarang mulai menjadi pilihan para empunya stasiun televisi dari luar Malang. Rasanya akan semakin gencar invasi dari luar Malang ketika digital nanti sudah benar-benar berjalan. Well, selamat datang di Malang, televisi-televisi yang menarget Malang Raya. Silahkan rebutkan para pendatang yang memenuhi Malang Raya setiap tahunnya :).

Catatan dari : davenirvana1.wordpress.com

Sabtu, 14 September 2013

Calon TV Lokal di Jawa Timur Yang Mungkin Berjaringan Dengan Sindo TV


Siapa yang tidak mau tahu apa itu Sindo TV? Ya, menurut orang - orang, TV ini hadir di Indovision (ch. 83) , Okevision (ch. 101) , dan Top TV (ch.83). Bagi anda yang tidak punya prabola tersebut, anda dapat menyaksikan siarannya di antena terrestrial di beberapa kota/kabupaten di Indonesia. Berikut tentang TV Lokal di Jawa Timur yang mungkin menjadi calon TV berjaringan Sindo TV:

Malang (Gajayana TV)

TV ini merupakan TV murni di Malang dan sekitarnya. Program-program yang akan ditayangkan di GAJAYANA TV secara umum tidak berbeda jauh dengan TV lokal lain, namun pengemasan GAJAYANA TV nampak jauh berbeda dengan TV lokal lain. GAJAYANA TV saya rasa bisa memberikan warna lain untuk dunia pertelevisian lokal di Malang Raya.

Sederetan program yang akan ditayangkan berfokus pada masyarakat Malang Raya. Nampak program-program yang begitu dekat dengan masyarakat siap dihadirkan. Idenya sangat sederhana, tapi cukup mengena. Masyarakat Malang Raya di luar Kota Malang dikenal begitu agraris, hadir program Budidaya Flora. Perkembangan Kota Malang yang mengarah ke kota modern, nampaknya akan masuk dalam program Citra Kota. Jembatan antara masyarakat dan pemerintah dan juga keakraban penduduk desa, menjadi gambaran yang saya tangkap dari promo program Balai Desa. Program yang dekat dengan anak sekolah, disiapkan dalam Lonceng Sekolah. Banyak lagi program yang lain, semuanya masih berlabel segera, tapi mampu menarik perhatian saya.

Yang juga sangat menarik bagi saya adalah program Dialog Khusus. Program ini disiapkan untuk bersaing dengan program sejenis yang bisa saya bilang tayang pada jam yang kurang menguntungkan (bukan berarti benar-benar kehilangan penonton, hanya jamnya saja yang kurang bagus). Sebut saja program I Love Malang Raya atv yang tayang pada pukul 10.00-12.00 pagi WIB, jam ini bukanlah jam tayang utama. Begitupun Bincang-Bincang di jtv malang, tayang pada pukul 4.30-5.30 siang/sore WIB Selasa dan Jumat, jam ini masih cukup menguntungkan karena jam ini bagian dari primetime lokal. Tapi GAJAYANA TV menyiarkan Dialog Khusus ini pada pukul 8.00-9.00 malam WIB, jam utama, walaupun hanya pada hari Senin. Program ini tentunya akan secara langsung bersaing dengan Apa Kabar Indonesia Malam tvOne.

Sebenarnya atv dahulu memiliki program dialog yang punya jam tayang yang lebih menguntungkan pada pukul 3.30-4.30 siang/sore WIB, Dinamika KWB yang berfokus pada Kota Wisata Batu. Tapi program ini menghilang dan berganti dengan 1001 Malang Raya, program yang tidak jauh berbeda dengan tayangan sejenis di kota lain pada jaringan KOMPASHD, yang menayangkan infomercial yang sangat lokal seperti restoran, hotel, dan beberapa lainnya. Nampaknya KOMPASHD semakin kuat dalam mengintervensi program TV lokalnya, otonomi seakan hilang di jaringan KOMPASHD.

Kembali ke GAJAYANA TV. Televisi yang sudah menguasai frekwensi 28 UHF sejak beberapa tahun terakhir ini mulai mengudara pada pukul 5.30 pagi WIB, menjadi TV murni lokal paling pagi di Malang Raya. DHAMMA TV memulai siaran pada 5.40 pagi WIB, dan Malang TV pada 6.00 pagi WIB, sedangkan ftv pada pukul 9.00 pagi WIB. Namun untuk durasi terpanjang masih dipegang oleh Malang TV dengan 18 jam, berakhir pada pukul 12.00 malam WIB, sedangkan GAJAYANA TV mengakhiri siaran pada pukul 9.30 malam WIB.

Secara teknis GAJAYANA TV sudah baik, terbukti mampu menyiarkan siaran langsung Dialog Khusus dengan gambar yang cukup jernih, setara dengan jtv malang dan Malang TV, di atas atv dan Batu tv, dan jauh di atas DHAMMA TV yang gambar siaran langsungnya buram. Semoga saja GAJAYANA TV mampu mempertahankan program-program yang ada, atau lebih bagus jika lebih berkembang lagi. Selamat mengudara untuk GAJAYANA TV, yang berslogan Bersama Kita Berjaya itu.

Walau saya bukan warga Malang, saya harap GAJAYANA TV bisa menjadi calon jaringan di Sindo TV di kawasan Malang Raya. Dengan syarat, mengurus surat izin siaran jaringan di KPID Jawa Timur/Malang. Dan sinyal kuat.

Kediri (Dhoho TV)

TV lokal di Kediri yang hadir di UHF 23 ini, merupakan TV yang pernah menyiarkan basket NBA beberapa tahun yang lalu. TV ini saya pilih sebagai calon jaringan Sindo TV di wilayah Kediri dan sekitarnya.

Dhoho TV bisa ikut SINDO TV. Dengan berbagai cara, yaitu gambar dan suara jernih , logo terserah mau dibuat seperti Sindo TV atau tetap menggunakan logo yang lama. Karena, TV ini rasanya banyak acara yang kurang baik. Misal, dangdut , kisah berbau SARA, dsb.


Saya memang kurang tahu Dhoho TV mengudara dari pukul berapa. Beberapa hari yang lalu, ketika saya posisi di Kota Kediri, Dhoho TV mengakhiri siaran pukul 12 malam atau 1 dinihari.


Seandainya jika Dhoho TV mau berjaringan dengan Sindo TV, caranya adalah gambar dan suara lebih stabil, acaranya harus cocok dan mendidik dan harus mampu membagi waktu siaran antara Dhoho TV dan SINDO TV.


Pulau Madura (Madura Channel)

Saya agak kurang paham, TV ini berpusat siaran di Madura bagian mana. Karena di kawasan Bangkalan juga banyak mendapat kanal TV dari Surabaya. Saya pilih di pulau garam ini, ada TV berjaringan.

Berdasarkan informasi dari Wikipedia Indonesia, kawasan Madura hanya memiliki 1 TV lokal. Ya, Madura Channel ini dan tidak ada yang lainnya. Maka, saya pilih Madura Channel sebagai TV Lokal yang bisa cepat berjaringan dengan Sindo TV, walaupun di Pulau Madura tidak ada TV lokal lainnya.

Acara di TV ini, hanya berfokus dengan wilayah Madura. Tapi, TV ini sudah berjaringan dengan Tempo TV dalam keadaan suplay (tidak relay). Cara Madura Channel untuk berjaringan dengan Sindo TV sangat mudah sekali. Hanya tinggal ganti logo baru dan pasang prabola disana. Dan jika Madura Channel bisa siaran berjaringan Sindo TV, acara - acara di sana jangan dibuang ke sampah. Karena acaranya sangat bagus, berguna, unik, dan menarik perhatian.

Semoga KPID Jawa Timur dan pihak Sindo TV bisa menentukan TV Lokal di Jawa Timur yang mana bisa berjaringan langsung dengan Sindo TV. Jadi jika 3 TV lokal ini mulai siap berjaringan dengan SINDO TV dari sekarang, kita punya 4 Sindo TV. Yaitu , MHTV Surabaya , Dhoho TV Kediri , Gajayana TV Malang , dan Madura Channel. Jika 3 TV ini tidak bisa ya tidak apa - apa, karena di Surabaya sudah ada MHTV Surabaya yang sudah berjaringan dengan SINDO TV sejak 2008 (waktu itu SINDO TV bernama Sun TV) hingga sekarang.